Senin, 18 Oktober 2010
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan aktifitas-aktifitas yang banyak menyita waktu, tenaga, perhatian, dan pengorbanan-pengorbanan lainnya yang malah dapat membuat mereka stress, dikarenakan mereka tidak menikmati aktifitas tersebut. Oleh sebab itu, manusia sering mencari hiburan.
Kita pasti pernah mendengar bahkan sudah mengenal suatu tempat hiburan yang bernama bioskop. Tempat ini diperuntukkan/persepsikan bagi masyarakat pada umumnya untuk memutar film.
Pada awalnya bioskop didirikan di tempat-tempat khusus, namun seiring dengan masuknya masyarakat Indonesia pada era modern, dibangunnya tempat yang dikenal dengan “Mall”, maka pendirian bioskop pada saat ini biasanya di tempatkan di dalam sebuah mall. Bioskop pun dijadikan alat penarik pengunjung, yang makin hari makin dipadati oleh peminat.
Berbicara soal bioskop, terdapat satu brand yang sudah tak asing lagi di telinga masyarakat luas, yakni “21”. Ya, Cineplex 21 yang dimiliki ole Subentra Group adalah sebuah perusahaan besar yang selama ini telah memonopoli jasa hiburan penayangan film di Indonesia.
Khususnya di Bandung terdapat banyak Cineplex, dan salah satunya terletak di Mall Cihampelas Walk atau yang biasa di kenal dengan Ciwalk. Bioskop 21 di Kota Makassar terdapat di Mall Panakukang dan Mall Ratu Indah, kini telah hadir di Mall M-Tos atau Makassar Town, dan kota-kota lainnya di Indonesia.
Pada awalnya Cineplex hadir hanya dengan 3 studio ( 1 dengan ukuran lebih besar dan 2 dengan ukuran sedang). Namun sekitar akhir tahun 2006 Cineplex menambahkan 4 studio lagi dan memberikan nama berbeda yaitu XXI. XXI sebenarnya dimaksudkan untuk menjangkau segmen pasar yang lebih besar dibandingkan 21. Hal ini telah diterapkan di kota-kota besar seperti Jakarta. Dimana harga tiket XXI bias memiliki selisih Rp. 15.000,00 dibandingkan 21, untuk film yang sama.
Seiring berjalannya waktu, muncullah satu pesaing yang kuat dalam usaha penyediaan jasa hiburan ini. Mengambil tempat di Mall paling ‘hangat’ di Bandung saat ini yaitu Paris Van Java, Blitz Megaplex tampil sebagai pesaing Cineplex, dan ini merupakan yang pertama didirikan serta mengonsentrasikan diri pada segmen pasar mahasiswa kelas menengah atas dan kelas atas.
Sejauh ini, bisa dibilang kehadiran Blitz cukup membuat Cineplex Ciwalk menjadi was-was. Menurut penuturan beberapa responden, mereka beralih dari Cineplex Ciwalk dan lebih memilih Blitz. Secara otomatis hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah customer pada Cineplex Ciwalk.
Pada permulaan tahun ini, Cineplex melakukan tindakan penurunan harga (yang menunjukkan sedikit perbedaan segmen pasar antar Cineplex) pada seluruh XXI & 21 di seluruh Bandung dan bahkan Jakarta.
Namun, khususnya di Bandung, hal tersebut seolah-olah tetap saja tidak memberikan angin segar pada Cineplex, walaupun harga sudah diturunkan, sejumlah responden tetap saja memilih Blitz daripada Cineplex.
Menurut peneliti, hal tersebut dikarenakan Cineplex belum dapat menyampaikan pelayanan pada jasa hiburan bioskop sebagaimana yang diinginkan oleh konsumen. Dan hal tersebut mempengaruhi niat beli ulang akan jasa hiburan tersebut. Untuk itulah dilakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Service Quality Berdasarkan Persepsi Konsumen terhadap Niat Beli Ulang Jasa Hiburan Bioskop di Cineplex Ciwalk”
1.2 Tujuan
Tujuan dari suatu bioskop adalah untuk menghibur masyarakat yang membutuhkan hiburan, dengan menyediakan berbagai macam film, baik itu dari dalam negeri maupun luar negeri.
Umumnya masyarakat yang sedang stress, bosan dengan kegiatan atau pekerjaan yang di lakukannya setiap hari membutuhkan hiburan, seperti menonton film. Bioskop juga dijadikan sarana berkumpul oleh masyarakat luas, seperti menyempatkan waktu luang untuk pergi menonton film bersama teman, keluarga dan bahkan pacar.
1.3 Rumusan masalah
1) Mengapa orang memilih bioskop untuk dijadikan tempat hiburan ?
2) Apa saja yang dimiliki oleh Cineplex 21 ?
PEMBAHASAN
Cinema 21 Indonesia – Bila berbicara tentang bioskop di Indonesia, maka ingatan kita selalu akan tertuju kepada Cinema 21, atau tepatnya Cineplex 21 Group yang merupakan sebuah jaringan bioskop terbesar yang ada di Indonesia. Selain memiliki group jaringan bioskop terbesar, tercatat cineplex adalah pelopor jaringan bioskop yang ada di Indonesia.
Setelah hadir dalam beberapa dekade, Cineplex 21 akhirnya melakukan beberapa pembenahan, diantaranya dengan membentuk jaringan bioskop menjadi 3 merek terpisah, yaitu Cinema 21, Cinema XXI, dan The Premiere untuk target pasar yang berbeda.
Cinema 21 memiliki jaringan bioskop terbanyak yang tersebar di seluruh Nusantara. Sebelum Cinema XXI berdiri, Cinema 21 menguasai keseluruhan pangsa pasar penonton bioskop Indonesia dengan memberlakukan harga tiket bervariasi dan jenis film yang diputar, sesuai dengan lokasi dan target yang dituju.
Setelah Cinema XXI berdiri, perlahan Cinema 21 berubah menjadi jaringan bioskop kelas dua, dengan sebagian besar film yang diputar merupakan film-film karya negeri sendiri dan film-film asing yang tidak diputar di Cinema XXI lagi. Namun hal ini tidak berlaku di beberapa kota di luar Jakarta yang belum tersedia Cinema XXI dan tidak banyak terdapat Cinema 21.
Pada umumnya Cinema 21 telah dilengkapi tata suara Dolby Digital, dan bahkan beberapa di antaranya yang merupakan Cinema 21 versi terdahulu telah bersertifikat THX, seperti Hollywood KC, Karawaci, dan Mega (kini Pluit Village XXI) untuk area Jakarta. Tidak hanya itu, beberapa Cinema 21 bahkan mengadaptasi suasana dan kenyamanan yang setara dengan Cinema XXI. Namun sekali lagi, hal itu berdasarkan pangsa pasar yang dituju dan perjanjian dengan pengelola mal.
Sementara Cinema XXI pertama kali didirikan di Plaza Indonesia Entertainment X’nter, dengan 4 buah teater reguler dan 2 buah teater Premiere. Cinema XXI yang diberi nama Studio XXI ini merupakan satu-satunya Cinema XXI yang menggunakan sofa empuk di keseluruhan studionya, dan memiliki sertifikat THX untuk semua studionya.
Mayoritas film-film yang diputar di Cinema XXI merupakan film-film Hollywood, baik yang terbaru, ataupun yang telah tersimpan lama. Namun beberapa XXI juga turut memutar film Indonesia, sesuai dengan lokasi dan pasar pengunjung pusat perbelanjaan yang bersangkutan.
Beberapa Cinema 21 turut direnovasi menjadi Cinema XXI, dengan penambahan karpet, perubahan desain, dan penggantian kursi studio. Beberapa di antaranya adalah, Anggrek XXI, BSM XXI, Plaza Senayan XXI, Puri XXI, Djakarta XXI dan juga Megaria 21 yang diubah namanya menjadi Metropole XXI. Khusus untuk Plaza Senayan XXI, renovasi yang dilakukan termasuk merombak total keseluruhan gedung bioskop dan penambahan beberapa studio menjadi 8 studio reguler dan 2 buah studio Premiere. Perombakan total tersebut memakan waktu hampir 7 bulan.
Untuk menjangkau keseluruhan kalangan penonton, beberapa pusat perbelanjaan memiliki lebih dari satu buah gedung bioskop di dalamnya, seperti Mal Kelapa Gading yang memiliki Gading 21, Gading XXI, dan La Piazza 21, Pondok Indah Mall yang memiliki Pondok Indah 21 dan XXI, dan Tunjungan Plaza Surabaya yang memiliki Tunjungan 21 dan XXI. Sinergi di antara 21 dan XXI di dalamnya pun terjaga baik dengan perputaran film yang ditayangkan beserta jam main.
Setiap tahunnya, kemunculan Cinema XXI di kota-kota besar terus meningkat, menggantikan kemunculan Cinema 21. Untuk ke depannya, telah tercatat beberapa pusat belanja dan bisnis yang berencana membuka gerai Cinema XXI, seperti Epicentrum Walk, Gandaria Mainstreet, dan Kota Kasablanka. Tidak hanya itu, beberapa Cinema XXI maupun 21 masih terus melakukan pembenahan.
Di penghujung 2008, seiring dengan perkembangan teknologi 3D dan makin maraknya film-film berbasis format tersebut, Cinema XXI turut mengaplikasikan teknologi Dolby Digital Cinema 3D di beberapa XXI, seperti Plaza Senayan XXI, Studio XXI, Pondok Indah XXI, Gading XXI, dan Puri XXI di Jakarta, serta beberapa kota besar lain seperti Serpong XXI Tangerang, CiWalk XXI Bandung dan Sutos XXI Surabaya dengan harga tiket khusus.
Cineplex 21 group adalah satu-satunya perusahaan yang bergerak dalam bidang perindustrian film layar lebar di Indonesia. Bertepatan atas desakan perubahan zaman, Cineplex 21 Group telah melaksanakan beberapa penataan dan renovasi, di antaranya yaitu dengan membangun jejaring bioskopnya menjadi 3 merek terpisah, yaitu Cinema 21, Cinema XXI, dan The Premiere buat sasaran pasar berlainan.
Asal mula angka 21 karena bintang yang berada di gambar 21 terdapat 21 bintang. Cineplex 21 juga sering mendapat fitnah tentang adanya persaingan tidak sehat. Tetapi, hal itu tidak berlangsung lama semenjak kasus tersebut di urus oleh pihak yang berwajib.
Pihak manajemen 21 Cineplex menyambut gembira putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang menyatakan, kelompok usaha jaringan gedung bioskop itu tidak terbukti melakukan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Inilah “kemenangan” 21 Cineplex” atas LSM Monopoly Watch.
Untuk berbagi kegembiraan atas “kemenangan” tersebut, sejumlah direksi 21 Cineplex mengadakan silaturahmi dengan wartawan di Studio Blok M 21, Jakarta Selatan, saat kasus yang dihadapi tuntas. Acara tersebut digelar bersamaan dengan preview film rutin, yang saat itu memutar “One Hour Photo”, sebuah film independen yang dibintangi Robbin Williams.
Monopoly Watch sebagai LSM yang peduli pada masalah-masalah monopoli dalam dunia usaha melaporkan 21 Cineplex kepada KPPU. Jaringan usaha bioskop itu dituduh telah melakukan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dalam bidang perbioskopan.
Pihak KPPU pun segera menindaklanjuti laporan tersebut dengan membentuk tim yang diketuai Faisal Basri dengan anggota Syamsul Maarif fan tadjudin Noersaid. Hasil penelitian yang dilakukan tim KPPU tersebut. Intinya, KPPU tidak menemukan bukti bahwa 21 Cineplex melanggar pasal 17 UU No. 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, seperti dituduhkan Monopoli Watch.
Pada dasarnya, tentu saja, manajemen 21 Cineplex menerima keputusan KPPU tersebut, dengan berbagai catatan lain yang menyertainya. Hanya saja, mereka juga menyesalkan bahwa sejak proses pelaporan kepada KPPU hingga pembacaan amar putusan, masih ada –apa yang mereka sebut- upaya-upaya penyesatan informasi dengan menggunakan data-data yang tidak benar, tidak akurat dan tendensius. Tapi, manajemen 21 Cineplex tidak menyebutkan pihak mana yang mereka maksud.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bioskop 21 (Cineplex 21 Group) merupakan satu buah jejaring bioskop di Indonesia, dan membuat pelopor jejaring cineplex di Indonesia. jejaring bioskop ini merebak di segenap kota besar di seantero Indonesia dan sebagian besar di antaranya terwalak di dalam titik pusat perbelanjaan, bersama film-film Hollywood dan film-film Indonesia menjadi persembahan utama, dan didukung sama teknologi tata suara Dolby Digital dan THX.
CINEMA 21 Cineplex mempunyai jejaring bioskop paling banyak yang merebak di segenap Nusantara. Sebelum Cinema XXI muncul, Cinema 21 mendominasi keseluruhan pangsa pasar penonton bioskop Indonesia dengan meresmikan harga tiket berbagai macam dan jenis film yang diputar, sesuai dengan posisi dan sasaran yang dituju.
Sesudah Cinema XXI berdiri, pelan-pelan Cinema 21 beralih sebagai jejaring bioskop kelas dua, seraya beberapa film yang dimainkan adalah film-film ciptaan negeri sendiri dan film-film asing yang enggak dimainkan di Cinema XXI lagi. akan tetapi perihal ini enggak berlangsung di segenap kota di luar Jakarta yang belum ada Cinema XXI dan tak banyak ada Cinema 21. Sedang umumnya Cinema 21 sudah digenapi tata suara Dolby Digital, dan lebih-lebih kurang lebih di antaranya yang menjadi Cinema 21 varian terdahulu sudah bersertifikat THX, contohnya Hollywood KC, Karawaci (kini Karawaci XXI), dan Mega (kini Pluit Village XXI) buat area Jakarta. enggak hanya itu, sebagian Cinema 21 sampai-sampai menyadur situasi dan keamanan yang sebanding dengan Cinema XXI. akan tetapi sekali lagi, masalah itu berlandaskan pangsa pasar yang dituju dan kesepakatan dengan pengelola mall.
Cinema 21 merupakan satu-satunya perusahaan yang berada di bidang perfilman layar lebar. Namun selalu ada persaingan dan perusahaan-perusahaan lain yang ingin menyaingi. Tetapi pada dasarnya tujuan mereka sama, yaitu menghasilkan laba yang maksimal dan dapat menghibur masyarakat luas.
3.2 Referensi
Bahan dari tugas ini kami dapat dari internet.
0 Comments:
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)